Sabtu, 11 Juni 2011

HIDROSEFALUS

Hidrosefalus berasal dari bahasa Yunani : Hidro artinya air, Sefalus adalah kepala. Hidrosefalus adalah penimbunan cairan di ruang yang secara normal terdapat dalam otak. Cairan yang dimaksud adalah cairan yang normal ada dalam otak dan dikenal sebagai cairan otak, sedangkan ruang yang terdapat dalam otak dikenal sebagai ventrikel. Cairan otak diproduksi dalam ventrikel; kemudian mengalir dalam ruang-ruang serta saluran-saluran yang dikenal sebagai sistem ventrikel; dan terakhir akan diserap kembali masuk ke dalam aliran darah. Cairan otak ini mengalir secara konstan dan memiliki bermacam-macam fungsi, anatara lain :
          Dengan adanya cairan otak yang berada di dalam dan di sekitar jaringan otak dan sumsum tulang belakang, maka organ-organ ini seolah-olah terendam dalam air, sehingga bila ada benturan dengan benda keras,  cairan otak berfungsi sebagai bantalan yang akan mengurangi pengaruh gaya dari luar.
          Cairan otak mengandung protein dan bahan makanan lain yang dibutuhkan untuk nutrisi maupun aktivitas otak secara normal. Bahan-bahan yang tidak berguna akan larut daslam cairan otak dan dibuang ke dalam sistem aliran darah.
     Hidrosefalus terjadi apabila produksi cairan otak tidak seimbang dengan penyerapannya, sehingga cairan otak terbendung, sistem ventrikel akan melebar dan tekanan dalam rongga kepala akan meningkat.
epidemiologi
Hidosefalus dengan insidensi hidrosefalus antara 0,2%-4% setiap 1000 kelahiran. Insidensi hidrosefalus kongenital adalah 0,5%-1,8% pada tiap  1000 kelahiran dan 11%-43% disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri.  Tidak ada perbedaan bermakna insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga  dalam hal perbedaan ras. Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur.  Pada remaja dan dewasa lebih sering disebabkan oleh toksoplasmosis.  Hidrosefalus infantil; 46% adalah akibat abnormalitas perkembangan otak,  50% karena perdarahan subaraknoid dan meningitis, dan kurang dari 4%  akibat tumor fossa posterior (Darsono, 2008).
Hidrosefalus adalah salah satu dari kelainan tersering yang menimpa lebih dari 10.000 bayi setiap tahun, dan lebih dari 50% kasus hidrosefalus adalah hidrosefalus congenital.
Di Amerika Serikat insidens hidrosefalus congenital adalah 1 dari 1000 kelahiran dimana insiden hydrosefalus dapatan tidak diketahui secara pasti. Internasional insiden dari hidrosefalus dapatan tidak diketahui. Sekitar 100.000 pemasangan shunting dilakukan setiap tahun pada Negara-negara berkembang tetapi sedikit infromasi yang tersedia untuk negara lainnya. Angka kejadian hidrosefalus di dunia cukup tinggi, di Netherland 650 kasus pertahun, di Amerika  dilaporkan kasus hidrosefalus sekitar 2 permil, di Negara berkembang Hidrosefalus yang disebabkan factor pencetus seperti adanya infeksi pada aliran cairan serebrospinal sebanyak 3 kasus dari 100 kelahiran. Sedangkan di  Indonesia Hidrosefalus yang disebabkan factor pencetus seperti adanya perdarahan pada aliran cairan serebrospinal sebanyak satu kasus dari 1000 kelahiran, belum ada laporan keseluruhan hanya ada laporan dari Bali yaitu dari tahun 2006-2008 dilaporkan sekitar  812 kasus selama 14 tahun, kira-kira 10 permil (Maliawan., 2008).
Di Indonesia sendiri kasus hidrosefalus mencapai kurang lebih dua kasus per seribu kelahiran (Harsono, 2008). Data ini menunjukan bahwa kasus hidrosefalus termasuk kasus yang jarang terjadi di Indonesia. Walaupun demikian kasus hidrosefalus tetap merupakan masalah dalam dunia kedokteran, baik itu mengenai tumbuh kembang anak, keberhasilan di dalam terapi bedah, maupun masalah psikologis anak di masa yang akan datang.
Di Sumatera Utara sendiri kasus hidrosefalus mencapai kurang lebih satu kasus per seribu kelahiran yang diakibarkan kelainan bawaan (konginental). (suyanto, 2009). Melihat dari manifestasi klinis penyakit ini, masalah yang sering kali timbul adalah terutama mengenai progresivitas penyakit itu sendiri. Sebagian dari kasus hidrosefalus dapat berhenti sendiri, dalam arti lingkar kepala tidak bertambah besar, dan sebagian kasus lainnya mempunyai progresivitas yang tinggi, dimana lingkar kepala bertambah secara progresif karena terjadi sumbatan aliran cairan serebrospinal maupun produksinya sendiri yang bertambah. Gejala klinis anak hidrosefalus dapat bervariasi, mulai dari yang ringan sampai yang berat, tergantung dari penyebabnya. Gejala permulaan dari hidrosefalus seringkali tidak diketahui, sehingga seringkali penderita datang ke dokter sudah dalam keadaan terlambat. Selain itu faktor resiko hidrosefalus seringkali masih merupakan masalah yang awam bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar